Caption Foto : dr. Intan Nuswida saat memberikan penjelasan
mediapetisi.net – RSUD Jombang melalui Tim dokter Specialis Neurologi (Saraf) RSUD Jombang mengajak masyarakat untuk mengenal individu lebih dini mengenai gejala stroke karena sampai sekarang banyak yang belum mengetahui gejala awalnya sehingga orang masuk rumah sakit sudah dalam kondisi parah dan harus mendapatkan perawatan di ruangan intensif (HCU atau ICU). Senin (7/9/2020)
Dokter Spesialis Saraf RSUD Jombang dr. Intan Nuswida, Sp.S saat dikonfirmasi mengatakan, selama ini penyeban pasien stroke diantaranya terjadi penyumbatan dan strok pecah pembuluh darah di otak. Dari pasien yang pernah dirawat di RSUD Jombang, perbandingannya jumlah pasien stroke penyumbatan 70%, dan stroke pecah pembuluh darah di otak 30%. Sehingga angka tersebut berbeda dengan penderita strok di luar negeri karena kalau di luat negeri penyumbatannha 85% sedangkan yang pecah pembuluh darah otak 15%.
“Orang luar negeri lebih rutin melakukan check-up kesehatan karena sudah berasuransi, untuk itu bisa mengetahui lebih awal tentang gejala yang bisa memicu stroke diantaranya hipertensi , diabetes, disleipidemia dan lainnya. Tetapi kalau di Indonesia kesadaran masyarakat untuk melakukan chek-up kesehatan masih sedikit. Padahal masa usia 40 tahun sebisa mungkin harus sering check-up,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, pasien stroke yang datang ke RSUD Jombang kebanyakan sudah menderita stroke berat (penurunan kesadaran, kejang, lemas) dan harus segera ditangani secara serius juga rawat inap karena pengetahuan masyarakat terhadap gejala stroke masih kurang sehingga pasien yang datang ke RSUD sudah terlambat. Selain itu, penderita stroke di Indonesia dipicu oleh hipertensi dan diabetes yang tinggi tidak terkontrol.
Menurut dr. Intan yang merupakan dokter spesialis saraf lulusan Universitas Airlangga Surabaya menegaskan kalau tanda stroke yang perlu dikenal lebih awal dalam singkatan bahasa Inggris FAST yakni F=FACE, wajah ditandai dengan wajah merot atau menceng, A= ARM, kelemahan salah satu atau kedua lengan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan cara merentangkan kedua tangan ke depan, sambil merem,apabila posisi salah satu lengan tidak sejajar, itu sudah mulai ada kelemahan dibagian tubuh.
“Selanjutnya S=SPEECH, bicara di mana saat didapatkan adanya kemampuan berbicara nglantur, pelo, atau tidak bisa bicara dan T= TIME, waktu yakni harus segera ke rumah sakit untuk chek-up atau konsultasi supaya mendapatkan penanganan lebih lanjut. Kami berharap kepada masyarakat agar segera datang ke rumah sakit jika muncul gejala itu, demi kesehatan diri sendiri,” harapnya.
Sedangkan layanan Poli Saraf di RSUD Jombang sendiri ditunjang oleh 3 orang Dokter Spealis Saraf yakni dr. Sigit Hari Nursyamsu, Sp.S, dr.Intan Nurswida, Sp.S, dan dr. Nella Lusti W, Sp.S. Selain itu, Poli saraf RSUD Jombang memberikan pelayanan pemeriksaan Neurologis dan pemeriksaan Kognitif bagi masyarakat Jombang yang membutuhkan.
“Untuk itu, pada Era New Normal ini masyarakat diharapkan tidak takut untuk mengunjungi poli Syaraf RSUD Jombang karena di ruangan dilakukan disinfeksi sebelum dan sesudah pelayanan, petugas juga sudah memakai APD level 2 dengan memperhatikan protokol kesehatan,” jelas dr. Intan.
Adapun kasus terbanyak di poli saraf RSUD Jombang diantaranya Stroke (penyumbatan dan perdarahan), ada rasa nyeri di tubuh, bisa nyeri di kepala, pinggang, nyeri tulang. Selain itu Epilepsi atau kejang-kejang dan Vertigo itu kepala merasa berputar, orang bilang kena puyeng.
“Sedangkan untuk kepentingan diagnostik stroke, RSUD Jombang memiiliki fasilitas CT Scan 128 slices, terbaik dilingkup rumah sakit yang ada di Kabupaten Jombang. Peralatan ini memiliki akurasi tinggi dalam menditeksi penyebab kelainan kelainan intracranial, sehingga pasien akan dirujuk ke poli dapat didiagnosa dengan tepat, untuk memberikan penanganan specifik,” pungkasnya. (yn)