Caption foto : peta normalisasi

mediapetisi.net – Banyaknya pohon tumbang di bantaran sungai Watudakon Kesamben, salah satu penyebab saluran air sungai tersumbat dan bisa menyebabkan banjir di Desa Jombok Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.

Imam Bustomi Kabid sumberdaya air dinas PUPR (Pekerjaan umum dan penataan Ruang) Pemerintah Kabupaten Jombang ketika dikonfirmasi menjelaskan, dari kesepakatan rapat antara dinas, kepala Desa se Kecamatan Kesamben, perwakilan MHI, Forkopimcam, PT Lapindo Brantas, PT Kimia Farma yang bertempat di P3ndopo Kecamatan, mulai hari Senin akan ada action kegiatan normalisasi di bantaran sungai Watudakon. kegiatan dilakukan dalam rangka untuk mempercepat normalisasi, khususnya sungai Desa Jombok  berdasarkan analisa karena banyaknya sedimen yang perlu diperbaiki.

Lanjut Bustomi, Penyebab salah satu terjadinya sumbatan arus karena banyaknya pohon yang tumbang ke saluran di bantaran sungai, bantaran ada yang ditanami pohon oleh masyarakat guna meminimalisir terjadinya banjir. dan segera dilakukan normalisasi agar saluran kembali normal, jika kembali normal bentangnya saluran sampai sepanjang 60 meter. akan tetapi kondisi dilapangan sekitar 20 meter tersebut menurut analisa menjadi penyebab terjadinya banjir.

Menurutnya, secara kewenangan hal tersebut merupakan kewenangan pemerintah pusat, jadi saat ini sedang berkoordinasi dengan pihak pusat dan untuk normalisasi tidak melakukan riset hanya sekitar watudakon sepanjang 14,5 km , mulai Watudakon sampai Desa Blimbing atau di karang pramban Mojokerto. 

Dalam penanganan tidak dapat menyeluruh jadi hanya simpul yang ditengarai sebagai sumbatan, kalau penanganan secara menyeluruh akan ditangani oleh balai besar wilayah sungai brantas, karena sasaran penanganannya pusat,  menurut diinformasikan dari balai besar wilayah sungai brantas, kurang lebih ada 19 Milyar untuk menangani sumbatan, bisa berupa normalisasi juga bisa berupa pemasangan pipa saluran agar tidak terjadi penyumbatan lagi dititik-titik yang rawan banjir.

Menurut analisa normalisasi mulai balai tangkis nantinya ada tanggul baik dari tanah atau pasang batuan atau beton. pada tahun 2020 akan dimulai, namun untuk normalisasi afvoer Watudakon  dimulai hari Senin tanggal 13 Mei 2019, karena rapat baru dilaksanakan kamis 9 Mei 2019. Hari senin dilakukan kegiatan, karena masyarakat membutuhkan waktu untuk menebang pohon jati di bantaran sungai watudakon.

Kalau dulu ada genangan rutin tetapi tidak lama, biasanya maksimal 3 hari, namun kali ini 8 hari baru surut, itupun tidak ada hujan, kalau yang kemaren  ada hujan terus dihulu pasti akan terjadi. Berdasarkan analisa kemarin banjir yang di  jombok berasal dari arah mojokerto, arusnya ini lebih deras karena terjadi beberapa sumbatan  akhirnya sampai ke Blimbing.

Adanya jalan tol sebenarnya belum ada kajian secara spesifik, pihak MHI turut menyumbang tetapi tidak terlalu banyak. Kalau daerah yang tergenang tetap tergenang tetapi durasinya bertambah, tetapi belum ada kajian dampak dari tol jadi tidak bisa menjustifikasi terjadinya banjir.pungkasnya (yun)