Caption foto : Gubernur jatim saat sambutan

JOMBANG :Seminar Nasional dengan tema “Peran Pesantren dalam Pembangunan Kesehatan”, yang diadakan oleh PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia), Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dibuka oleh DR.(HC) KH. Salahudin Wahid. Dihadiri Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Gubernur Jawa Timur. Bertempat di Aula H. Bachir Achmad pondok pesantren Tebuireng Jombang. Sabtu (9/3/2019).

Pengasuh Ponpes Tebuireng, DR (HC) IR. KH. Sholahuddin wahid menerangkan tentang program kesehatan yang ada di sekitar pesantren Tebuireng, Jombang diantaranya bimbingan unit kesehatan sekolah, penyuluhan kesehatan, pelatihan santri husada, penyuluhan kantin sehat, menjaga kebersihan dan medical check.“Saat ini baru memulai untuk pembangunan RS Hasyim Asy’ari dengan kapasitas 100 tempat tidur yang diperkirakan selesai akhir 2019. Selain itu, program perbaikan gizi dengan arahan sesuai dengan ahli gizi yang terus digalakkan dan juga memberikan pil anemia untuk para santri yang membutuhkan,” ujarnya.

Menurut Gus Sholah, Ponpes Tebuireng bekerjasama dengan ahli gizi untuk meningkatkan perbaikan gizi dan telah menjadi pusat percepatan perbaikan gizi untuk pesantren di Jawa Timur. Pelatihan dilakukan di kabupaten Jombang, Nganjuk, Mojokerto, Bojonegoro, Ponorogo dan Surabaya. Program ini merupakan penerapan ajaran Islam yang tercantum dalam Al-Qur’an. Tidak mudah menerapkan santri untuk makan-makanan bergizi dan sarapan, apalagi ada pula santri yang sejak dirumah sudah merokok. “Tidak mudah bagi pemerintah memulihkan biaya BPJS yang semakin meningkat dan program pencegahan penyakit perlu ditingkatkan. Perlu bekerjasama dengan pesantren dalam program promosi preventif kesehatan. Pesantren merupakan lembaga yang sangat berpotensi dijadikan mitra dalam mengkampanyekan kesadaran akan kesehatan, sehingga efektif dalam komunikasi dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat,” tandasnya.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. Nila Djuwita Moeloek, SpM (K) memberi gambaran tentang perkembangan kesehatan yang ada di Indonesia, baik terkait penyakit tidak menular, penyakit menular, program Indonesia sehat dalam pendekatan keluarga, standar pelayanan minimal, penyebab kematian yang ada di Indonesia, kesehatan ibu dan anak, terobosan pembangunan Puskesmas di daerah perbatasan dan tertinggal, pembangunan RS Pratama, teknologi telemedis terintegrasi, pemerataan  tenaga kesehatan, jaminan kesehatan Nasional, akses kemandirian, mutu obat dan alat kesehatan.

“Saya sangat bahagia diundang dalam acara seminar ini dan merupakan kunjungan ke 2 di pondok pesantren Tebuireng Jombang. Saling mengerti dan saling meyakinkan hal yang berkaitan tentang kesehatan. 2,4 juta murid jika mengerti tentang kesehatan dan mau untuk menularkan, apalagi anak muda sangat mudah sekali untuk menularkan hal sederhana, seperti mencuci tangan sebelum makan dapat menghilangkan banyak kuman, sehingga tidak sampai terkena diare dan dapat menghemat biaya obat, yang berakibat pada tersimpannya devisa,” ungkapnya.

Lanjut Nila pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang sangat komperhensif dalam melakukan upaya kesehatan, sehingga ketika seminar tersebut dapat dijadikan satu patokan untuk pesantren lain. Perspektif kesehatan tidak menyetujui bahwa anak pesantren itu jika tidak kudisan belum khatam, karena bukan seperti itu konsepnya, semua harus menunjukkan ke profesionalan terkait hal tersebut. “Saya bangga sekali, mereka mengerti tentang agama, bahkan di agama juga mengatakan untuk jangan meninggalkan generasi yang lemah, yang mana hal itu disebutkan dalam Al-Qur’an dan Kesehatan harus di awali dari diri sendiri dahulu,” tandasnya.

Menurut Gubernur Jawa Timur, Dra. Khofifah Indar Parawansa MSi menyampaikan Pesantren sangat penting untuk menjadi bagian dari penguatan peningkatan kualitas indeks pembagunan manusia di Jawa Timur. Kemampuan pemerintah sangat terbatas untuk dapat memberikan dan menjamin masyarakat atau pun segala bentuk pelayanan. Banyak persoalan yang mungkin dapat diselesaikan bersama saat berkumpul antara Kementerian Agama dan Kementerian kesehatan. 

“Saya berdiskusi dengan BPJS  Jawa Timur terkait Poskestren yang akan diberikan wilayah untuk kapitasi yang mana hal itu dapat menghidupkan pesantren tersebut. Poskestren itu biasanya hanya melayani warga di pesantren, tetapi jika disekitar pesantren yang sudah dipetakan oleh BPJS, yang mana jika dalam satu pesantren mendapatkan rujukan 1000 kapitasi itu akan bisa menghidupkan pesantren tersebut. Dengan sendirinya nanti, akan dapat dipastikan dokter terjamin setiap hari ada. BPJS juga sudah memberikan izin yang menjadikan poskestren dapat menjadi rujukan kapitasi BPJS, maka untuk perawatnya nanti dari Pemprov dapat memberikan support, karena saat ini ada 3000 lebih perawat yang mendapatkan honor dari Pemprov yang ditugaskan di polindes, yang nantinya akan ada penempatan di poskestren,” pungkasnya. (rin/yun)