Caption foto : Wakil bupati Jombang saat sambutan
JOMBANG :Sosialisasi dan Simulasi aparat dan masyarakat dalam penanggulangan bencana dengan tema “Kesiapsiagaan masyarakat dalam penanganan pengungsian pada saat tanggap darurat,” dibuka oleh Wakil Bupati Jombang Sumrambah SP. Dihadiri Sekda, Kepala Dishub, Kepala Dinas PUPR, Kepala BPBD, Camat, Kepala Desa, Banser, Tagana, Semar, Fatayat dan Muslimat serta tokoh agama dan masyarakat. Bertempat di Balai Desa Mojojejer Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Rabu (31/10/2018)
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang Abdul Wahab menyampaikan dasar pelaksanaan SKPD Nomor 1.05.1.05.02.29.04 terkait dengan pelaksanaan sosialisasi simulasi aparat dan masyarakat dalam penanggulangan bencana.
“Tujuannya untuk meningkatkan sinergitas antar BPBD dengan kelompok masyarakat, kecamatan dan desa rawan bencana. Selanjutnya untuk meningkatkan kewaspadaan, kesiapsiagaan masyarakat, kesadaran masyarakat, partisipasi dan membangun budaya gotong royong, kerelawanan serta kedermawanan para pemangku kepentingan. Juga untuk mengetahui tolak ukur tingkatan kesiapsiagaan,” ungkapnya.
Menurut Wahab kegiatan tersebut dikonsentrasikan pada penanganan pengungsi dan dapur umum utamanya pada desa rawan bencana sesuai data history kejadian yang tercatat pada pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana (Pusdalops-PB) BPBD Jombang diantaranya 42 orang Muslimat, 42 orang fatayat, 10 orang Bagana, 4 Banser dan 22 orang perwakilan lembaga relawan, jelasnya.
Wakil Bupati Jombang Sumrambah menyampaikan kegiatan sosialisasi dan stimulasi aparat dan masyarakat dalam penangulangan bencana yang dilaksanakan BPBD merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana baik dari faktor alam, non alam maupun faktor manusia. Baik itu melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
“Peran serta masyarakat diperlukan dalam kegiatan penanggulangan bencana, karena masyarakat yang cepat dan terdepan dalam menanggulangi bencana. Desa memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana,” ujarnya.
Menurut Sumrambah, terkait masalah banjir di wilayah Mojowarno bisa menggunakan tabungan air dengan cara menyerap air ke dalam tanah dengan cara bio pori, resapan air. Sumrambah mengajak masyarakat membuat biopori karena panas bumi dikarenakan kelembapan semakin menipis disebabkan tidak adanya biopori dan resapan air.
“Kami menghimbau kepada Kepala Desa beserta perangkat desa untuk menyampaikan kepada warga untuk membuat tanaman baru di tanah kosong karena untuk menambah oksigen di wilayah Kabupaten Jombang dan pengadaan bank sampah terhadap warga Jombang,” pungkasnya. (yun)