Caption Foro : KH Solahuddin Wahid saat sambutan

JOMBANG :Festival Pengawasan Lintas Iman digelar oleh Bawaslu pusat bersama Pondok Pesantren Terbuireng, ditandai dengan pelepasan burung Dara. Dihadiri para tokoh lintas agama dari perwakilan agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Wu Chu. Kapolres Jombang, Dandim 0814/Jombang, Banwaslu Kabupaten, Perwakilan Ormas lintas agama, Forpimcam Kecamatan Diwek  Kabupaten Jombang bertempat dihalaman Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Sabtu (4/8/2018) 

Kapolres Jombang AKBP Fadli Widiyanto SIK SH MH dalam sambutannya menjelaskan, Toleransi beragama sangat penting. Apalagi  dalam melaksanakan pesta demokrasi. Selain itu  siapapun pemimpinnya yang jadi harus di akui dan ikuti.

“Untuk melaksanakan pesta demokrasi Toleransi sangat penting. Dan siapa saja pemimpinnya kita ikuti dan kita hormati, dan agar bersabar ketika menghadapi pemilu yang Perpotensi dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk isu sara dalam memmecah belah persatuan”. Ujarnya

Foto kapolres Jombang saat sambutan

Anggota Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) divisi sosialisasi  Mochammad Afifuddin mengatakan Festival Pengawasan lintas Iman sengaja dilaksanakan di Ponpes Tebuireng, Jombang karena Pondok Pesantren Tebuireng Cukir Jombang tepat sebagai simbol Toleransi antar umat beragama.

KH Fahmi Amrullah atau Gus Fahmi, perwakilan testimoni umat Islam menyampaikan, Perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk membangun persatuan dan kebersamaan. 

Menurut Fahmi, justru isu SARA yang dapat menghancurkan persatuan dalam jalannya pemilu dapat diantisipasi dengan peran serta tokoh lintas agama.

Foto Gus Shola,kapolres,Dandim bersama lintas Iman saat melepas Burung dara

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang KH.Solahuddin Wahid, ketika sambutannya mengungkapkan, terjadinya isu SARA biasanya dilatarbelakangi oleh fitnah atau informasi yang kurang benar.

Sedangkan informasi yang berkembang tidak disaring kebenarannya, dan dikonsumsi dengan mentah oleh pembaca atau pendengar. Sementara itu, tokoh agamanya lambat mengantisipasi perkembangan info Hoax tersebut.

“Isu SARA biasa muncul dilatarbelakangi oleh informasi tidak benar, yang disebut berita Hoax,” ungkap Gus Sholah. Pungkasnya (yun)