Caption Foto : Najwa Shihab saat memberi penghargaan kepada pengasuh Ponpes Tebuireng
mediapetisi.net – Talkshow gerakan literasi digital pesantren bersama Najwa Shihab bertema “Pemanfaatan media digital untuk media dakwah santri masa kini” yang merupakan inovasi yang menjadi catatan prestasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Jombang maupun pondok pesantren Tebuireng. Bertempat di aula H. Bachir Achmad pondok pesantren Tebuireng Jombang. Jum’at sore (1/11/2019).
Talkshow dibuka langsung oleh pengasuh pondok pesantren Tebuireng Jombang, Dr. Ir. H. Sholahuddin Wachid yang akrab disapa Gus Sholah. Gus Sholah membacakan tentang data hasil penelitian dan survey tentang budaya membaca yang ada di Indonesia yang masih rendah, terutama budaya membaca sains, berhitung, berkomunikasi maupun dengan bahan cetak dengan konteks, serta masih rendahnya kemampuan publikasi ilmiah. Tingkat literasi yang rendah diperburuk dengan tingkat komunikasi yang rendah, terutama di era digital seperti saat ini dengan tingkat etika yang juga rendah, sehingga penyebaran hoax semakin merajalela.
“Kita harus bisa menahan diri kita untuk tidak menyebarkan benih berita atau informasi yang belum tentu benar. Kita harus belajar tidak menggunakan kata-kata yang kasar, kata-kata yang menyinggung perasaan teman-teman kita di media sosial. Kita harus belajar menghargai orang lain. Seseorang yang menganggap dirinya beragama harus ingat bahwa ajaran agama mengajarkan untuk bertindak sopan, tawaddu’ dan tidak menyebabkan orang lain tidak selamat dari mulut dan tangannya,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas komunikasi dan Informasi kabupaten Jombang, Budi Winarno mewakili Bupati Jombang mengatakan dalam mewujudkan pembangunan berupa literasi digital terutama di kalangan pondok pesantren di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini gerakan literasi mulai ditingkatkan diseluruh lapisan masyarakat karena hak individu untuk belajar sepanjang hayat dengan meningkatkan kemampuan literasi diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup, keluarga maupun tataran sosial masyarakat. Dalam islam, budaya literasi merupakan ayat yang pertama kali diturunkan yang sangat besar maknanya yang tidak hanya menyangkut tentang membaca saja, tetapi juga menulis. Literasi islam yang ditulis oleh ulama klasik tetap eksis hingga sekarang dan berpengaruh terhadap intelektualitas generasi ke generasi. Literasi bukan sekedar baca tulis, tetapi memanfaatkan informasi dan bahan bacaan untuk menjawab berbagai persoalan yang ada.
“Seseorang harus terbebas dari buta aksara agar mampu memahami semua konsep fungsionalnya. Pendidikan dan kemampuan literasi sangat penting dalam hidup, salah satunya berkaitan tentang kemajuan suatu Negara. Kompetensi literasi juga menentukan kualitas hidup yang bermanfaat bagi peningkatan mutu hidup dan kesejahteraan. Pemerintah Kabupaten Jombang telah mengambil kebijakan yang tertuang dalam peraturan Bupati Jombang tentang gerakan literasi di Kabupaten Jombang untuk memberikan pedoman bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya, serta menumbuhkembangkan budi pekerti masyarakat Kabupaten Jombang agar menjadi pembelajar sepanjang hayat,” terangnya.
Pendidikan pesantren juga tidak hanya fokus pada ilmu keagamaan saja, tetapi ilmu pengetahuan lainnya. Peran pesantren dalam organisasi basis dakwah berusaha melaksanakan program yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang agama, salah satunya pondok pesantren Tebuireng sebagai wujud pengabdian masyarakat. Pesantren tebuireng juga telah menyampaikan dakwah yang tidak hanya dari melalui majelis ta’lim di mushollah, namun telah berkembang melalui media majalah maupun website yang berisi upaya untuk mengajarkan masyarakat untuk membaca, memahami dan menelaah tulisan yang ada, jelas Budi.
Sekretaris umum perpustakaan Republik Indonesia, Dra. Sri Sumekar, M.Si, sangat mengapresiasi dan berterimakasih atas perhatian dan support pemerintah daerah Kabupaten Jombang yang telah menggagas dan menciptakan berbagai program dalam rangka penguatan literasi dan pemasyarakatan budaya, tandasnya.
Duta baca Indonesia yang merupakan narasumber utama dalam talkshow, Najwa Shihab mengatakan pesantren adalah rumah bersama yang bukan hanya tempat santri dan santriwati, bahkan Najwa juga mengutip kalimat dari kyai Lirboyo yang mengatakan bahwa santri harus seperti paku yang memiliki fungsi luar biasa dan menyatukan berbagai hal, sehingga mampu menegakkan rumah meskipun tidak terlihat, namun selalu ada dan pesantren menyatukan berbagai hal yang penting di Negeri ini, bahkan keIndonesiaan, paham kebangsaan, keilmuan dan cara menjaga Indonesia. Perpustakaan adalah tempat paling sepi dan hal itu adalah tantangan untuk membuat perpustakaan menjadi hal relevan kembali dan kekinian untuk melahirkan ide baru. Perpustakaan juga perlu memoderenisasi diri dengan berbagai program.
“Teknologi membuat seseorang terkoneksi satu sama lain dan merubah dunia yang bermata dua. Oleh karena itu, perpustakaan Nasional memiliki sosial media yang aktif untuk membahas ide-ide yang menarik untuk anak muda, serta cara untuk membuat orang jatuh cinta pada yang penting dan kuncinya dari sisi kreativitas. Perubahan jaman juga merubah sisi mainstream yang tidak dapat dilawan, namun harus berubah sesuai dengan perubahan jaman. Pesantren banyak yang telah sadar dan memilih, serta serius mengelola informasi di dunia digital. Saat ini santri juga sangat proggresif menggunakan teknologi dengan talenta yang dimiliki dan ilmu dari mereka, serta mampu untuk meningkatkan perekonomian yang tidak hanya untuk eksistensi belaka. Para pejuang literasi sangat gigih dan peduli untuk membaca yang bukan hanya sekedar mengeja tetapi kompetensi berfikir dan memecahkan masalah dalam berbagai bidang, serta mengelola informasi. Pesantren menjadi fungsi yang penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, meskipun hal tersebut merupakan tugas bersama seluruh elemen masyarakat,” pungkasnya. (rin)