Caption foto : Menristek saat pemaparan seminar

mediapetisi.net – Seminar Nasional bertema “Memadukan Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional” dalam rangka memperingati Hari Lahir ke 120 tahun Pesantren Tebuireng. Bertempat di aula Bachir Achmad Gedung KH. Yusuf Hasyim lantai 3, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Sabtu (24/8/2019).

Peringatan Harlah Pesantren Tebuireng ke 120, ada beberapa kegiatan yang terdiri dari Bhakti Sosial dan seminar Nasional. Bakti sosial dilaksanakan berupa pemeriksaan dan pengobatan yang terdiri dari, pemeriksaan dan pengobatan medis, herbal, bekam dan periksa mata yang diselenggarakan di PUSKESTREN (Pusat Kesehatan Pesantren) Tebuireng dan Masjid ‘Ulum Albab. Sedangkan seminar pendidikan Nasional terdiri dari beberapa sub tema diantaranya Peran dan sumbangsih pesantren dalam mencerdaskan bangsa, peran dan sumbangsih ormas Islam dalam mencerdaskan bangsa, serta tantangan pendidikan Nasional menuju satu abad Indonesia. Kegiatan dimulai pada tanggal 23 Agustus 2019 dan akan ditutup pada tanggal 25 Agustus 2019.

Seminar yang diselenggarakan pada tanggal 24 Agustus 2019 diadakan 2 sesi. Pada sesi pertama seminar Nasional tentang peran dan sumbangsih ormas Islam dalam mencerdaskan bangsa dihadirkan narasumber dari ketua pengurus pusat Muhammadiyah Prof. Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si dan ketua umum PB Al Khairaat, Dr. Shaleh Muhammad Aldjufri, LC., MA. Selain itu, untuk seminar tentang tantangan pendidikan tinggi menuju satu abad Indonesia yang menjadi narasumbernya adalah Menristek Dikti, Prof. H. Mohammad Nasir, Drs, AK, M.Si, Ph.D.

Pada seminar tersebut, narasumber yang berasal dari ormas Islam menjelaskan tentang peran dan ormas tersebut dalam mencerdaskan bangsa, mulai dari pengenalan asal-usul organisasi dan pendirinya hingga jasa-jasa yang telah diberikan kepada bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, baik formal maupun non formal. Sedangkan Menristek Dikti memaparkan tentang tantangan-tantangan pendidikan tinggi dan solusinya, persiapan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 atau yang dikenal dengan era disrupsi teknologi, serta kebijakan yang telah dibuat untuk menghadapi tantangan pendidikan tinggi menuju satu abad Indonesia.

Menristek Dikti, Prof. H. Mohammad Nasir, Drs, AK, M.Si, Ph.D. menjelaskan bahwa, dalam sebuah pendidikan untuk memunculkan rasa Nasionalisme harus ada Agama didalamnya, bahkan muncul perjuangan Khubbul Wathon Minal Iman, artinya mencintai tanah air bagian dari Iman, hal itu yang dicetuskan oleh KH. Wahab Hasbullah yang merupakan salah satu pendiri NU yang berasal dari Jombang. Hal tersebut dianggap penting dan menginspirasi perpaduan antara agama dan Negara agar menjadi satu kesatuan. Oleh karena itu, mempererat kembali agar tidak terjadi perpecahan dan mencegah munculnya faham-faham radikalisme dengan menjaga 4 pilar kebangsaan, yakni NKRI, Pancasila sebagai Ideologi Negara, UUD 1945 sebagai dasar Negara, serta Semboyan Bhineka Tunggal Ika menjadi hal yang penting.

“Untuk meningkatkan publikasi jurnal di lingkungan Pesantren terutama Pesantren yang memiliki perguruan tinggi harus didorong agar publikasi jurnalnya meningkat, karena ilmu pengetahuan yang dipublikasikan akan dikritisi untuk diperbaiki sebagai riset nantinya. Sedangkan untuk perkembangan teknologi dipesantren saat ini sangat cepat, baik sebagai penyedia maupun pengguna,” tegasnya.

Lanjut Nasir, secara umum perkembangan penggunaan teknologi di Pesantren maupun di Masyarakat umum, penggunaanya semakin cepat dibandingkan dengan persiapan terhadap teknologinya, sedangkan pemahaman teknologi lebih lambat dibanding penggunaannya. Hal tersebut menyebabkan resiko yang diakibatkan oleh teknologi yang salah satunya adalah hoax yang diakibatkan penggunaan teknologi yang tidak bertanggungjawab dan ketidaksiapan pengguna. Untuk mengatasi hal tersebut, Nasir mendorong pondok pesantren untuk memahami teknologi melalui literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia yang semuanya harus dikuasai agar menjadi lebih maju.

“Persiapan dalam menghadapi revolusi Industri 4.0 sudah dipersiapkan untuk teknologi, namun saat ini hanya sebagai pengguna dan penyedia belum siap, sehingga yang terjadi hanya sebagai konsumsi dari teknologi dan akan terus didorong agar seimbang. Saat ini proses pembangunan teknologi akan terus dibangun agar dapat memanfaatkan teknologi yang ada dengan baik,” pungkasnya. (rin)