Caption Foto : Pemateri bersama pengurus APTI
mediapetisi.net – Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Jombang kerja bareng dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur sosialisasikan tanaman hidroponik dan Program Kampung Iklim (Proklim) meski pandemi Covid-19 masih melanda Negeri ini. Sosialisasi diikuti 28 anggota APTI dari Kecamatan Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu dan Ngusikan dan dilaksanakan di Balai Desa Gedongombo kecamatan Ploso Kabupaten Jombang. Selasa (4/8/2020)
Sosialisasi tersebut dibuka oleh Kepala Desa Gedongombo Lasiman sebagai Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jombang menyampaikan bahwa Tembakau merupakan mayoritas usaha bagi masyarakat di daerah utara brantas yang mencakup 5 kecamatan di kabupaten jombang yaitu Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ngusikan, Kudu dan Ploso.
Caption Foto : Pemateri saat menunjukkan tanmaman tembakau hidroponik
“Kedepan APTI akan melakukan banyak program seperti akan mendatangkan tim dan nara sumber yang lain guna perkembangan dan peningkatan petani tembakau di daerah utara brantas Jombang,” ungkapnya.
Lasiman menyampaikan terima kasih kepada Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur terkait dengan adanya kegiatan sosialisasi tersebut, semoga ilmu yang di dapat dari pertemuan ini dapat diterapkan di 5 kecamatan yang ikut dalam Anggota APTI dan lingkungan sekitarnya.
“Sedangkan luas tanaman tembakau di utara Sungai Brantas sendiri sekitar 5.304 Hektar yang terdiri dari tembakau jenis Jinten luasnya sekitar 3.700 Hektar, jenis Rejeb luasnya sekitar 1.320 Hektar, dan jenis Manilo luasnya sekitar 265 Hektar. Selain itu, perkembangan tanaman tembakau di Kabupaten Jombang sendiri cukup banyak walaupun dalam kondisi pandemi Covid seperti saat ini, pangsa pasar tembakau yang berasal dari Jombang sudah sampai ke daerah Temanggung Jawa Tengah,” terangnya.
Sementara itu, Sulistyowati perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur mengapresiasi masyarakat karenan antusias berminat dalam program sosialisasi tersebut karena setelah itu akan diadakan pelatihan agar masyarakat tau bagaimana mempraktekkan kemudian mengedukasikan pada masyarakat sekitarnya dengan harapan kegiatan pembelajaran tersebut berkesinambungan untuk bagaimana masyarakat mengembangkan diri secara langsung atau tidak langsung.
“Pelatihan hidroponik ini sendiri ada untuk pengembangan Program Kampung Iklim(PROKLIM) yang di programkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,karena dengan sistem hidroponik ini tidak memerlukan ruang yang luas dengan biaya minimal tetapi hasil yang maksimal,” ucapnya.
Tidak hanya itu, hasil dari penanaman dengan sistem hidroponik sendiri betul-betul jauh dari bahan-bahan kimia karena menggunakan pupuk organik yang berasal dari sisa hasil tanaman tembakau yang terbuang seperti dari bunga tembakau yang tidak terpakai,batang-batang tembakau,daun-daun tembakau yang sudah di pilah-pilah dan di lebur supaya menciptakan lingkungan bersih.
“Program ini di danai dari dana cukai dan sudah berlangsung dari tahun 2018 dan dilakukan di beberapa daerah lain di Jawa Timur seperti di Pamekasan, Tulungagung, Bondowoso, Bojonegoro, Situbondo, Banyuwangi, Jember, Mojokerto dan Jombang,” tegasnya.
Ditempat yang sama Dr Sudarmaji dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya menyampaikan tujuan utama dari kegiatan ini membentuk Program Kampung iklim(PROKLIM)dengan wacana desa wisata tetap menerapkan standart Protokol kesehatan. Parameternya dari Proklim merujuk kepada Kementrian lingkungan Hidup tentang menciptakan ketahanan pangan berbasis lingkungan dan menunjang untuk program Desa Tangguh Covid 19. Karna Proklim sendiri salah satunya menciptakan tangguh dalam gizinya dengan cara sistem penanaman.
“Desa Gedongombo cukup berpotensi menjadi salah satu Progran Kampung Iklim karena sumberdaya masyarakat cukup mumpuni sehingga kampung ini menjadi lebih produktif dan mengelola lingkungan secara partisipatif,” jelasnya.
Dr Suyono Praktisi Lingkungan sekaligus penerima penghargaan tropi Proklim tahun 2018 dari Kementrian Lingkungan Hidup menambahkan, untuk program penanaman secara hidroponik itu juga bisa di gunakan untuk penanaman buah,sayuran dan bunga.keunggulan dari hidroponik ini sendiri ongkos tenaga kerjanya lebih kecil,hasil dari tanamannya sendiri lebih cepet panen,lebih sehat karna tidak menggunakan pestisida. Sistem hidroponik ini menjawab tantangan terhadap ketahanan pangan untuk lokasi-lokasi yang minim lahan tetapi bisa tetap memiliki hasil yang bagus seperti di perkotaan, pungkasnya.
Di samping itu APTI juga melampirkan sebuah surat dari hasil rapat DPC APTI pada tanggal 17 Juli 2020 dengan nomor:05/DPC/VII/2020 tentang permohonan atau usulan pengadaan Alsistan berupa alat mesin rajang kepada Dinas Pertanian Kabupaten Jombang untuk penunjang menghadapi proses musim panen tembakau yang segera datang. (yn)