Caption Foto : Wabup Jombang saat sambutan

mediapetisi.net – Pencanangan Turun Tanam Musim Tanam 2019 – 2020 di Kabupaten Jombang. Dihadiri Wakil Bupati Jombang, Ketua Komisi B DPRD, BPPT karang Ploso, BMKG Malang, OPD pengairan dan pertanian, HKTI serta para petani. Bertempat di Ruang Bung Tomo Kantor Pemerintah Kabupaten Jombang. Kamis (31/10/2019)

Wakil Bupati Jombang Sumrambah SP. menceritakan uri – uri wiwitan yang merupakan satu kegiatan memberi cokbakal pintu air yang berisi beras, tepung menir, empon-empon, telur dan lainnya. Setelah itu, ada telonan berupa nasi kuning, ayam, serundeng dan ikan teri kemudian dimakan sedikit dan disawur ke tengah sawah, setelah itu baru panen. Panen tidak boleh langsung di jual tetapi harus ditunggu 40 hari, setelah itu baru dijual. Upacara pertanian terjadi pro kontra terkait adat dalam kegiatan pertanian.

“Patok geton untuk mengetahui batas sawahnya yang ditandai dengan batas janur. Wiwitan dengan tubur menir dipintu masuk air, karena aliran air selalu melewati kebun bambu. Kebun bambu istimewa karena tempat berkembang biaknya piko darma yang mengalir di pintu air dan berkembang luar biasa jika ada media tubur menir, karena dipintu air pora dari piko darma akan menyebar yang merupakan datangnya sawah dan membuat kekebalan terhadap penyakit termasuk wusuk tangkal yang mengurai panas hingga tanah tidak rusak,” ungkapnya.

Lanjut Sumrambah, memasuki musim tanam atau musim hujan tidak berdasarkan hari pertama turun hujan tetapi ketersediaan air mencukupi untuk bercocok tanam. Sumrambah memotivasi petani agar menggunakan metode tanam organik untuk menyelamatkan kesuburan dan kesehatan tanah pertanian. Hal tersebut yang menjadi masalah di pertanian karena pemakaian pupuk yang berlebihan, jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Jombang Sunardi saat diwawancarai mengatakan tanggapan dari petani ada usulan-usulan, termasuk program hama tikus, untuk pupuk tidak ada masalah atau cukup. Ada perlindungan satwa yang menjadi musuh hama ada perda dan perbup tahun 2014, bibit yang lebih unggul, akses yang lebih mudah, asuransi dari dinas yang gratis yang didaftarkan ke Poktan dan Gapoktan untuk tanaman masing-masing agar bisa gratis, serta ada BPJS ketenagakerjaan petani membayar 16.000 asuransi bagi pekerja/petani yang sawahnya lebih luas. Pupuk tidak langka, namun untuk yang bersubsidi jumlahnya terbatas, sehingga tidak ada keluhan untuk masalah pupuk. 

“Untuk bibit padi ada yang inpari yang diberikan secara simbolis, kalau dari BPPT ada bantuan untuk bibit yang lebih unggul maka meminta akses dan tempat persediaannya, serta bantuannya agar tepat sasaran,” terangnya.

Sedangkan Plt. Kepala Dinas Pertanian Supriyanto mengatakan bahwa musim tanam 2019 pelaksanaannya perlu ada kesamaan dalam pencanangan musim tanam tahun 2019/2020 agar produksi dan komoditas dapat singkronisasi antar pemangku kepentingan agar semua faktor yang mempengaruhi dapat terdeteksi dan dikendalikan bersama. Menentukan awal musim tanam yang bertujuan untuk singkronisasi semua pemangku kepentingan pertanian dan produktivitas tanaman padi sangat meningkat karena faktor pendukung pertanian dengan kapasitas air, teknologi, benih unggul maupun hama dan penyakit bisa dikoordinasikan dan terkendali dengan tepat. 

“Peserta adalah kodim, petugas penyuluh lapangan kelompok tani, buruh pengairan, produsen pupuk, perbankan dan kelembagaan pemerhati pertanian. Petani di Jombang sangat luar biasa karena petani memiliki motto dan arti Pelaku, Ekonomi, Tiangagung, Negara, Republik Indonesia. Narasumber berasal dari BPPT karang Ploso, BMKG Malang, OPD pengairan dan pertanian,” pungkasnya.