Caption Foto : dr. Kihastanto Sp. THTKL saat berdialog

mediapetisi.net – Kali ini Program Humas RSUD Jombang menyapa berdialog dengan dr. Kihastanto Sp. THTKL terkait tatalaksana pasien keluhan Anosmia (gangguan penciuman) masa pandemi Covid-19 di Poli THTKL (Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher) di RSUD Jombang. Rabu (10/3/2021)

Mengawali dialognya, dr. Kihastanto Sp. THTKL menyampaikan gejala umum Covid-19 yakni Demam (98%), Batuk (76%), Sesak (55%) dan Myalgia / fatigue (44%). Selain itu gangguan penciuman (Anosmia) mulai banyak dilaporkan dari beberapa negara terkait Covid-19 sehingga di saat pandemi Covid-19 menjadi sorotan, namun tidak semua Anosmia selalu gejala Covid-19. Sedangkan fisiologi penciuman dari udara ke rongga hidung ke atap menuju daerah pembauan (regio olfaktoria) kemudian merangsang reseptor di ujung saraf olfactorius dan rangsangan diteruskan oleh jaras saraf penciuman ke pusat penciuman di otak.

“Anosmia merupakan hilangnya fungsi indera penciuman dan ada beberapa definisi yang berkaitan dengan anosmia yakni Hyposmia penurunan fungsi sebagian dari indra penciuman, Hyperosmia peningkatan fungsi dari indra penciuman, Spesific Anosmia hilangnya kemampuan indra penciuman hanya pada bau tertentu, Parosmia (Troposmia) gangguan penciuman dengan pemicu bau-bauan tertentu dan Phantosmia gangguan penciuman tanpa ada pemicu bau-bauan tertentu yang ditemukan pada kasus pasca infeksi / trauma, penderita tumor dan gangguan kejiwaan,” terangnya.

Tidak hanya itu, penurunan fungsi penciuman akibat gangguan hantaran udara dapat disebabkan Pilek, Rinosinusitis, Polip Hidung, Tumor hidung dan Tulang hidung yang bengkok. Selain itu, penurunan fungsi penciuman akibat gangguan saraf olfaktoria juga tidak semata-mata karena Covid-19 tapi ada penyebab faktor lain diantaranya Trauma (kecelakaan), Infeksi saluran pernafasan atas Keracunan bahan kimia dan lainnya. “Sedangkan virus penyebab anosmia juga bukan hanya virus Covid-19 tapi ada beberapa virus lain seperti rotavirus dan influenza yang dapat juga menyebabkan anosmia. Saya mengutip dari literatur untuk persentase Covid-19 antara lain di German ada 2 dari 3 kasus Covid 19, Korea 30% kasus covid 19, Amerika 73% jadi cukup banyak untuk persentase Covid-19,” jelas dr. Kihastanto.

Sementara itu dalam kasus Covid-19 yang diserang dari tubuh kita adalah sektor yang posisinya berada di hidung, karena masuknya virus yang utama melalui saluran pernafasan sehingga disitu jumlah virus sangat banyak. Kalau dari perjalanan penyakit tadi itu sudah bisa di logika terapinya apa, karena yang di serang adalah sensor di hidung bagian atas. Otomatis harus membersihkan hidung tersebut, karena memang tempat virus Covid-19 terbanyak berada di saluran pernafasan.

Menurut dr. Kihastanto cara membersihkan hidung yang paling mudah, murah, meriah yaitu dengan cuci hidung menggunakan larutan garam dengan cara mengambil cairan tersebut menggunakan spet 50 cc dan menyemprotkanya ke hidung kiri 50 cc, kanan 50 cc. Saat menyemprotkan harus menahan nafas supaya tidak tersedak serta proses pembersihannya bisa optimal.

“Proses selanjutnya adalah menggunakan spray yang di isi steroid untuk menghilangkan radang-radang yang ada Ronggo hidung. Jadi setelah di cuci baru di spray jangan sampai terbalik supaya hasil terapinya tidak hilang. Hati-hati dalam menggunakan steroid oral karena efeknya menurunkan imunitas tubuh,” urainya. 

Terakhir adalah factory training yaitu suatu proses untuk melatih syaraf supaya berfungsi normal lagi dengan cara kita menyediakan 4 sumber bau, boleh dalam bentuk real ataupun esence. Letakkan sumber bau di bawah hidung dengan jarak 2-3 cm kemudian di hirup 2 x sehari yaitu pagi dan sore atau malam sebanyak 40 x hirupan udara (10-20 detik) secara acak.

Kondisi anosmia akan membaik setelah 7 sampai 28 hari. Jika awal terapi sampai 28 hari sudah ada perkembangan maka terapi bisa dilanjutkan, tetapi bila tidak ada perubahan harus melakukan observasi dari awal dan meneliti kembali. Akan kita masukkan kamera untuk mengetahui penyebabnya atau melakukan CT Scan. Untuk itu, jika mengalami gejala anosmia jangan mencoba terapi sendiri, tak perlu takut untuk berobat ke RSUD Jombang supaya mendapatkan pelayanan serta pengobatan yang tepat. 

“Kami baru mendapatkan suatu working station komplit seperti alat THT lengkap jadi untuk melayani pasien lebih cepat karena semua sudah tersedia, sehingga bisa meningkatkan mutu pelayanan serta mempercepat waktu pelayanan pasien. Sedangkan untuk dokter yang sudah berkompeten untuk melayani di poli THTKL RSUD Jombang ada 2 dan pelayanan buka hari Senin sampai Jum’at, tidak lupa kami tetap menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi seperti ini,” pungkas dr. Kihastanto. (Zul)