Caption Foto : Bupati Jombang dan Forkopimda bersama pasukan apel
mediapetisi.net – Apel gelar pasukan dalam rangka aman Nusa II-2019 sebagai antisipasi terjadinya bencana alam di Kabupaten Jombang tahun 2019-2020. Diikuti Bupati Jombang, Jajaran FORKOPIMDA Kabupaten Jombang dan stakeholder terkait dengan antisipasi bencana di Kabupaten Jombang. Bertempat di lapangan Sumobito Jombang. Rabu (18/12/2019).
Bupati Jombang, Hj. Mundjidah Wahab saat diwawancarai mengatakan bahwa, Apel aman Nusa II tahun 2019 sebagai antisipasi terjadinya bencana alam di Kabupaten Jombang yang bekerjasama dengan TNI-Polri dan relawan, serta pemerintah Kabupaten Jombang dalam mempersiapkan penangulangan bencana, mulai dari tim BPBD, Posko kesehatan, posko dapur umum dan Posko siaga bencana dari Polres.
Caption Foto : Bupati dan Forkopimda saat meninjau praktek kesiagaan
“Meskipun semua persiapan penanggulangan bencana telah dipersiapkan sebagai bentuk keharusan dan antisipasi, saya berharap Kabupaten Jombang dijauhkan dari segala macam bencana,” harapnya.
Kepada seluruh stakeholder telah siap dalam menanggulangi bencana dan telah dipetakan beberapa titik rawan yang ada di Kabupaten Jombang terkait puting beliung yang terjadi di Gudo, Wonosalam, Bareng, Mojowarno dan perak yang terjadi beberapa waktu lalu dan diharapkan hal tersebut tidak terjadi kembali. Warga yang terkena dampak bencana beberapa waktu lalu telah ditangani oleh seluruh stakeholder terkait dengan cepat, tanggap dan telah diberikan santunan sesuai dengan kebutuhan dan juga dilakukan secara gotong-royong antar masyarakat, jelas Mundjidah.
Sementara itu, Kapolres Jombang, AKBP. Boby Pa’ludin Tambunan MH, SIK.m menyampaikan, Apel gelar pasukan tersebut dimaksudkan untuk melihat dari dekat segala sarana dan prasarana yang dimiliki oleh jajaran stakeholder terkait yang ada di Kabupaten Jombang, termasuk melihat kesiap-siagaan sumber daya manusia sebagai unsur pelaksana lapangan.
“Bencana merupakan peristiwa yang dapat mengancam dan menganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun manusia, sehingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis,” ujarnya.
Lanjut Boby, semua bencana alam telah mengancam dan berada ditengah kehidupan masyarakat Jawa Timur, untuk itu upaya penanggulangan bencana perlu dilakukan sedini mungkin, baik sebelum, saat kejadian maupun saat telah terjadinya bencana.
“Penanggulangan harus dilakukan secara terkoordinasi dan kerjasama secara terpadu dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, swasta dan instansi pemerintah. Kejadian bencana yang pernah terjadi di Indonesia juga diharapkan menjadi bekal pengalaman untuk mengantisipasi kesiapan penanganan bencana, khususnya di Kabupaten Jombang,” ungkapnya.
Kehadiran Polri beserta stakeholder pemangku kepentingan di lapangan perlu didukung dengan kemampuan dan ketrampilan, serta sarana prasana yang memadai, sehingga dapat bertindak secara profesional dengan pelatihan secara berkelanjutan dan merupakan tugas mulia yang terus kita tingkatkan dalam rangka memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat.
“Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, serta tidak ada tawar menawar apabila bencana datang, karena itu selaku pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, Polri diutus lebih depan menjadi motor dan memberikan bantuan pertolongan kepada masyarakat yang menjadi korban bencana,” pesannya.
Kepada seluruh petugas yang telah dipersiapkan juga diharapkan untuk terus berlatih agar terampil saat dihadapkan pada situasi sebenarnya dengan selalu berkoordinasi antara Polri, instansi terkait dan masyarakat dalam menanggulangi bencana yang terjadi. Sarana prasarana juga harus selalu dipelihara dan dirawat, sehingga dapat digunakan dalam keadaan siap pakai dan seluruh stakeholder juga selalu mengingatkan anggotanya untuk memperoleh ketahanan fisik anggota yang prima, pintanya.
Sedangkan Kepala Badan Penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, Abdul Wahab mengatakan bahwa, BPBD selalu siap piket 24 jam dan untuk daerah yang rawan telah dilakukan antisipasi dengan menentukan pemetaan daerah rawan atau cenderung rawan, seperti tanggul jebol dan tanah longsor di Wonosalam, tanggul jebol juga di Bandarkedungmulyo dan banjir di Mojoagung.
“Untuk bencana banjir diantisipasi dengan pembuatan dapur umum, mulai dari tukang masak, alat masak, bahkan kebutuhan logistik juga harus dipersiapkan. Untuk bencana tanah longsor harus dipersiapkan eskavator dan tanah huruk dan karung untuk menutup tanah dan meratakan tanah yang longsor, juga beberapa tempat pengungsian juga telah dipersiapkan untuk penanggulangan bencana yang terjadi, diantaranya dibalai desa terdekat yang tidak terdampak,” pungkasnya. (rin)